Kamis, 03 September 2009

Beginilah Nasib Anak-Anak Irak Akibat Persenjataan AS

                  Perang di Irak menyisakan masa depan yang suram bagi anak-anak di Negeri 1001 Malam itu. Sisa-sisa bahan kimia dari persenjataan perang yang digunakan pasukan AS di Irak menyebabkan bayi-bayi di Irak lahir dalam kondisi cacat dan dipekirakan jumlah bayi-bayi yang cacat ini akan terus bertambah.
Kementerian Kesehatan Irak beberapa waktu lalu sudah mengingatkan adanya bahaya ini. Mereka menyatakan kekurangan dana untuk melakukan pembersihan terhadap sis-sisa zat kimia beracun yang berasal dari persenjataan pasukan AS.
Sky News sejak setahun yang lalu melakukan investigasi terhadap banyaknya jumlah anak-anak yang lahir cacat, terutama di kota Fallujah, salah satu kota yang kerap menjadi pusat pertempuran antara pasukan koalisi AS dan para pejuang Irak. Bayi-bayi yang lahir cacat diduga sebagai dampak dari kandungan zat kimia berbahaya yang berasal dari persenjataan pasukan AS.
Bulan Mei tahun 2008, jaringan berita ini mendokumentasikan sosok Fatima Ahmed, seorang anak perempuan Irak berusia tiga tahun yang lahir dengan benjolan di kepalanya, sehingga terlihat seperti memiliki dua kepala. Kondisi Fatima saat itu sungguh memprihatinkan, ia sulit bernapas dan tidak mampu menggerakkan tubuhnya. Fatima tidak mampu bertahan hidup, ia meninggal dunia sebelum mencapai usia empat tahun.
                 Menurut cerita ibu Fatima, Shukriya, malam itu ia menidurkan anaknya seperti biasa. Ketika terbangun, ia merasa ada yang tidak beres dengan Fatima. Ketika digendong ayahnya, tubuh Fatima sudah dingin dan mereka tahu bahwa puterinya sudah tiada.
Anak perempuan lainnya yang juga lahir cacat adalah Tiba Aftan. Aftan lahir dengan benjolan yang tumbuh di bagian mukanya dan hampir menutupi sebagian kening dan matanya. Semakin usia Aftan bertambah, benjolan itu makin membesar dan melebar. Tapi ia masih beruntung, karena bisa melaksanakan operasi di Yordania. Meski saat ini, Aftan masih harus menjalani operasi lanjutan yang membutuhkan biaya besar.
Menurut Sky News, dalam delapan bulan terakhir mereka menemukan kasus-kasus baru bayi yang lahir cacat di kota Fallujah. Sejauh ini memang belum ada kepastian yang bisa menjelaskan apa penyebab dari kecacatan bayi-bayi itu. Tapi banyak warga Irak berkeyakinan bahwa hal itu disebabkan karena zat-zat kimia yang berasal dari bom-bom pasukan AS yang membombardir kota Fallujah pada tahun 2004.
Dokter spesialis anak di Fallujah, Dr Ahmed Uraibi mengakui makin banyak menemui kasus-kasus bayi yang lahir dalam kondisi cacat setahun belakangan ini. Rakyat Irak mendesak pemerintah untuk segera menyelidiki masalah ini dan mengambil langkah untuk mencegah makin bertambahnya bayi-bayi Irak yang lahir dalam kondisi cacat.

Selasa, 01 September 2009

Dekomposisi Hidrogen dari Air Dengan Natrium

elektrolisisHidrogen menawarkan keuntungan sebagai sumber energi yang ramah lingkungan dan tanpa polusi. Hidrogen paling banyak diproduksi dari gas alam (48%), dan merupakan elemen paling ringan di dunia (berat atom = 1 g/mol), sehingga kemampuan difusinya sangat tinggi. Bisa juga digunakan sebagai bahan bakar reaktor fusi (masih tahap pengembangan), dan sebagai sumber bahan baku pembuatan HidroCarbon (BBM Sintetis). Salah satu kendala untuk produksi hidrogen adalah sumber gas alam sendiri adalah sumber energi yang tak dapat diperbaharui, cadangannya pun semakin menipis, dan harganya terus naik, apakah ada cara lain untuk mendapatkan hidrogen? Bagaimana mendapatkannya? Banyak caranya, diantaranya dengan elektrolisis air, namun kendalanya adalah biaya yang sangat mahal. Apakah ada cara lainnya… Ada, yaitu dengan Natrium/Sodium.
Natrium banyak tersedia dan melimpah jumlahnya di lautan Bumi sebagai NaCl (garam),  Natrium adalah elemen yang sangat reaktif, biaya produksi natrium pada tahun 1997 adalah US$ 0.30/kg – US$0.45/kg, cukup murah. Pada kondisi standar, logam natrium jika direaksikan dengan air akan menghasilkan gas hidrogen dengan reaksi sebagai berikut:
2Na + 2H2O    →      2NaOH + H2 …………………………..(1) Eksotermal
2H2 + O2 →       2H2O ……………………………….(2) Autoignition
Reaksi tersebut bersifat eksotermal yang menghasilkan panas, sehingga gas hidrogen secara otomatis terbakar, ini disebabkan karena gas hidrogen mengalami proses autoignition akibat perpindahan panas dari reaksi ke lingkungan. Yang menjadi pertanyaan adalah, apakah mungkin gas hidrogen dari reaksi ini dipanen? Jawabnya mungkin…
Gas Hidrogen memiliki Flammability Limit dengan kisaran volume 4 – 75 % di udara, dan memiliki Autoignition Point pada suhu 585 0C, reaksi pembakaran selalu membutuhkan oksigen, begitu juga dengan Hidrogen, dengan reaksi sebagai berikut:
2H2 + O2 →      2H2O ……………………………….(3)
Proses Autoignition Hidrogen pada reaksi Natrium dengan Air dapat dicegah dengan cara menyingkirkan oksigen pada sistem tertutup sehingga Flammability Limit dan Autoignition tidak berlaku, bagaimana caranya? Dengan metode hampa dan gas inert (Nitrogen).
Nitrogen memiliki titik didih pada -195.79 0C, pada kondisi cair nitrogen memilki suhu dibawah – 195.79 0C. Pelepasan gas nitrogen secara cepat kedalam sistem tertutup dapat menggantikan posisi oksigen. Pada kondisi standar, suhu kamar 25 0C, Nitrogen cair akan mendidih dengan sangat cepat, tuangkan nitrogen cair (suhu < – 196 0C) dari tabungnya kedalam wadah logam (yang bersuhu + 25 0C), maka nitrogen cair akan mendidih dengan sangat cepat namun tidak lama, bisa ditambahkan air agar lebih lama mendidihnya,  gas inilah yang akan dimanfaatkan untuk menyingkirkan oksigen.
Pada saat kondisi sistem (tertutup) telah dihampakan (vacum), segera isi dengan gas nitrogen, kemudian reaksikan natrium dengan air, akan menghasilkan gas hidrogen dan natrium hidroksida (produk samping), karena berada pada kondisi inert, reaksi autoignition hidrogen bisa dicegah, sekalipun efek eksotermall terus terjadi. Karena berat atom hidrogen = 1, maka hidrogen akan selalu mengisi ruang yang paling atas, difusifitasnya pun sangat cepat, tidak lupa juga hidrogen harus melewati kondensor agar suhunya turun (akibat proses eksotermal), setelah dingin bisa dikumpulkan dan dikompresi lalu hidrogen siap dipanen, sehingga proses ini memungkinkan untuk dilakukan.
Bisa juga untuk menurunkan efek eksotermalnya, sebelum direaksikan natrium dicelupkan dulu ke nitrogen cair ( < – 195.79 0C), baru kemudian direaksikan dengan air, diharapkan efek eksotermalnya sedikit berkurang karena suhu natrium yang berada pada kisaran – 195 0C.
Selain itu produk sampingnya yang berupa NaOH memiliki nilai jual juga, sehingga proses ini sangat menguntungkan.

Pastor Gereja Bellingham Ikut Berpuasa Ramadan

Meski bukan seorang muslim, Ben Ries, seorang pastor di Sterling Drive Church of Christian, Bellingham, AS memutuskan ntuk ikut berpuasa bersama umat Islam selama bulan Ramadan ini. Selain ingin memahami ajaran Islam dengan lebih baik, Pastor Ries ingin ikut merasakan bagaimana penderitaan mereka yang mengalami kelaparan di sejumlah negara di dunia.
"Puasa meningkatkan kepedulian kita tentang masalah kelaparan di dunia," ujar Ries pada Bellingham Herald edisi Senin (31/8). Ia juga mengatakan, bahwa berpuasa membantunya bukan hanya untuk menjadi seorang Kristiani yang lebih baik, tapi juga sebagai seorang pastor, suami, ayah dan bagian dari umat beragama.
"Salah satu perenungan saya adalah pertanyaan 'siapa saya di dunia ini?'. Saya tidak bermaksud ingin narsis karena memikirkan apa yang menjadi pemikiran saya ini," kata Ries yang baru dua tahun lalu menjadi pastor di sebuah gereka kecil di Bellingham.
Dalam menjalankan puasa Ramada, Pastor Ries juga melaksanakan sahur seperti umat Islam lainnya. Meski ia mengaku agak kesulitan untuk makan pada waktu dinihari karena ia bukan termasuk orang yang biasa sarapan pagi dengan makanan berat.
Sebelum memutuskan untuk ikut berpuasa, Pastor Ries berusaha mencari orang yang bisa membantunya memberi penjelasan tentang bulan Ramadan. Dengan bantuan Google, ia menemukan nama Monem Salam, presiden Saturna Brokerage Services di Bellingham. Ries lalu mengirimkan email ke Salam dan menanyakan apakah Salam bersedia menjadi mentronya selama bulan Ramadan.
Salam yang juga salah seorang pemuka Muslim di Bellingham menyatakan bersedia. "Ini akan menjadi persahabatan yang baik. Kita bisa saling belajar satu sama lain," kata Salam.Kedua keluarga itu kemudian bertemu sambil makan malam dan berdiskusi tentang puasa dan Ramadan.
Pastor Ries menulis semua pengalaman dan perenungannya selama menjalankan puasa di bulan Ramadan dalam bentuk jurnal. Ia berharap pengalaman yang ditulisnya itu akan menjadi langkah maju untuk menjadikan dunia ini menjadi tempat yang lebih baik.
"Sebagai seorang Kristiani, saya meyakini bahwa dunia ini sedang mengalami kerusakan, tidak seperti yang seharusnya terjadi," tukas Ries.
Salam juga berharap, pengalaman menjalankan puasa di bulan Ramadan yang ditulis Rich bisa memberikan dampak positif terutama pemahaman para jamaah gereja dan non-Muslim lainnya terhadap Islam. "Semoga, di masa depan, kita melihat makin banyak orang yang ikut berpuasa saat Ramadan," harap Salam.